My Memory Garden
“Teng...! Teng...! Teng...!”
Bel sekolahpun berbunyi, tanda waktu istirahat telah dimulai. Dengan sekejap
kelas menjadi begitu sepi, ditinggalkan oleh sebagian muridnya untuk melakukan
berbagai aktifitas mereka masing-masing, begitu juga aku. Dengan menahan lapar
aku bergegas menuju kantin sekolah, yang letaknya lumayan jauh dari kelasku.
Aku : “Aduh laper
banget nih, mana kantinnya jauh amet lagi. Kenapa sih gue selalu dapet
kelas yang enggak pernah deket sama kantin ?!” (sambil berjalan)
....................................................................................................................................................
Saat aku berjalan
didekat sebuah taman kecil di sekolah, yang tidak begitu terurus dan sepi,
hatiku tiba-tiba tertarik untuk singgah di sana. Mataku memandangi semua objek
yang berada di taman itu. Entah mengapa, laparku dengan sekejap hilang dan ku
rasakan sesuatu yang basah jatuh dari mataku. Ternyata semua pandangan ini
kembali mengingatkanku akan kenangan yang telah lama hilang. Kenangan yang
begitu indah dan sekaligus menyakitkan.
Aku : “Pak ! pak !
tunggu pak !” (sambil berlari)
Pak Satpam : “ Aduh neng ini baru hari pertama mos
sudah terlambat. Bagaimana kalau sudah sekolah ? “
Aku : “Aduh ! pak
tolong bukain pagarnya dong ? Nanti aku dimarahin ama kakak mentornya nih.
Bukain ya pak ya ?“ (dengan muka memelas)
Pak Satpam : “ Iya sudah, tapi lain kali jangan
terlambat lagi ya neng ? “
Aku : “Iya deh
pak, insyaallah.“
Pak satpam sekolahpun
membukakan pagarnya untukku
Aku : “Makasih ya
pak“ (sambil tersenyum)
Akupun dengan cepat berlari
menuju lapangan sekolah. Tahun ini aku telah melangkah ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi. Masuk SMA favorit adalah impianku sejak dulu. SMA Taruna Darma
adalah sekolah lanjutan yang aku incar selama ini. Terkenal dengan prestasi dan
juga predikat adiwiyata nasionalnya, menjadi salah satu magnet yang menarikku
untuk mendaftar di sana dan sekarang tinggal selangkah lagi aku akan resmi
menjadi siswanya.
Aku : “Duh capek !”
(sambil berlari)
Kakak Mentor : “Ayo cepat
cepat lelet banget sih jadi orang, enggak tahu apa ini sudah jam berapa !”
Ternyata bukan hanya aku
yang berlari dengan sekuat tenaga menuju lapangan sekolah. Akupun merasa lega
karena tidak begitu malu
Aku : “Huh
akhirnya sampai juga dibarisan “ (sambil melap keringat)
Semua peserta mos telah
berada di lapangan sekolah, begitu juga dengan semua kakak mentornya. Hari ini
kegiatannya adalah pengenalan sekolah. Sebelum itu kami semua telah dibagi
menjadi beberapa kelompok (gugus) dan aku masuk ke dalam gugus Brasil. Gugus
yang menurutku membosankan, karena dihuni oleh orang-orang yang begitu cuek dan
juga sedikit songong. Begitu juga dengan kakak-kakak mentornya, semuanya cowok
tapi enggak ada yang lembut sama cewek, sangar semua. Tak ada yang aku kenal di
gugus ini.
Kakak Mentor : “Ayo gugus Brasil bergerak ke aula ! Cepetan
jangan pada lelet ! kayak siput aja kalian !” (dengan suara lantang)
Aku : “Ih woles aja kali !” (dalam hati)
....................................................................................................................................................
Sesampainya di aula, kami
dikumpulkan kembali. Namun tetap pada barisan di gugus masing-masing. Tak lama
kemudian guru yang akan memberikan materi datang dengan membawa seribu kalimat.
Sangat membosankan. Pengenalan sekolah, menurutku hal itu enggak terlalu
penting.
Aku : “Aduh lama
banget sih nih, bosan. Tahu gini gue
bawa komik aja” (dalam hati)
Berjam-jam telah berlalu.
Huh, kegiatan mos hari ini ternyata hanya dihabiskan didalam aula saja.
Membosankan sekali apalagi ditemani dengan ocehan guru-guru yang begitu panjang
lebar, enggak singkat, enggak padat dan enggak jelas. Tapi jujur aku bersyukur
sekali, karena akhirnya hari ini telah berlalu. Itu berarti tinggal dua hari
lagi, kehidupan SMA ku akan dimulai.
Aku : “Yeyy !
akhirnya hari pertama udah lewat. Semoga besok berjalan dengan baik dan lancar,
enggak ada acara terlambat lagi. Capek banget gue lari-larian kayak tadi pagi”
....................................................................................................................................................
Kurasakan sebuah cahaya
menyilaukan mataku.
Aku : “Ehhm, ini
cahaya apa sih silau banget ? apa gue lupa matiin lampu ya tadi malem. Eh tadi
malem,berarti sekarang ini..... (dalam keadaan masih menutup mata) oh god gue kesiangan lagi !” (segera membuka mata)
Dengan cepat aku lalu
menuju
ke kamar mandi. Tanpa menjalani ritual-ritualku sebelum mandi, rasanya mandi
pagi kali ini enggak terasa menyegarkan. Tapi mau apalagi. Setelah itu, dengan
secepat kilat aku memakai seragam dan semua atribut mosku. Kemudian aku berlari
menuju bagasi
Aku : “Pak cepetan
anterin aku dong ke sekolah, kesiangan banget nih !” (dengan panik)
Pak Dadang : “Hahaha Non ini dari dulu kesiangan mulu”
(sambil tertawa meledek)
Aku : “Ye pak
Dadang kok malah ngetawain aku sih (dengan cemberut),
cepetan dong pak !”
Pak Dadang : “Iya Non”
....................................................................................................................................................
Selama perjalanan aku
mengobrol dengan pak Dadang.
Aku : “Pak Dadang,
mama kok enggak ngebangunin aku ya. Biasanyakan, mama rajin banget ngebangunin
aku sholat subuh. Kemarin juga kayak gini”
Pak Dadang : “Loh, Non belum tahu ya, akhir-akhir ini
Ibu lagi sibuk banget Non. Soalnya Ibu lagi dapat proyek besar. Ibu belum
bilang ke Non ya ?”
Aku : “Belum pak.
Oh gitu toh”
Pak Dadang : “Lagian Non sih, sudah gede gitu masa
belum bisa bangun sendiri. Kalau anak bapak yang di kampung ya Non, masih kecil
sudah bisa bangun sendiri. Bangun sholat subuh, mengaji dan bantuin emaknya ke
pasar.”
Aku : “Ih pak
Dadang ini gimana sih, kok malah ngebandingin aku ama anak bapak. Beda kali,
lagian ya aku tuh bukannya enggak bisa bangun sendiri , tapi akutuh Insomnia”
Pak Dadang : “Loh bukannya kalau kena insomnia itu susah
tidur ya Non ?”
Aku : “Ih justru
itulah pak, aku jadinya tidur kemaleman mulu, makanya aku susah banget
bangunnya. Pak dadang gimana sih enggak konek banget deh”
Pak Dadang : (hanya tersenyum)
....................................................................................................................................................
Sesampainya di depan sekolah
aku segera berlari menuju pagar.
Aku : “Pak ! pak !
Pak ! Bukain dong pak please !” (sambil menggoyang-goyangkan pagar)
Pak Satpam : “Astaghfirullah ! neng lagi. Bukannya
kemarin sudah bilang enggak akan terlambat lagi ya ?”
Aku : “Kan
Insyaallah pak bukan janji”
Pak satpam : “Mau insyaallah atau janji kek sama saja
neng. Pokoknya eneng tetap enggak boleh masuk. Nanti ketegasan dan kedisiplinan
bapak hilang”
Aku : “Pak satpam
kok gitu sih, bukain ya ? please ! please ! yang tahu kan cuma kita berdua pak”
Pak Satpam : “Bertiga, tambah Allah. Tetap enggak
boleh titik enggak pake koma”
Aku : “Ih pak
satpam lebay deh !”
Tiba-tiba ku dengar suara
yang menarik perhatianku. Sesosok cowok berbadan tinggi, berkulit putih dan
berwajah tampan. Seperti orang Indolah
Kak Rendy : “Bukain pagarnya pak !”
Pak Satpam : “Eh den Rendy, habis cek up ya ? Kok
kemarin enggak masuk ?”
Kak Rendy : “Iya pak. Kemarin aku ada urusan
keluarga mendadak. Lagian aku udah izin kok. Ehm pak cepet buka dong aku udah
ditunggu nih”
Pak Satpam : “Eh iya den Rendy, maaf ya !”
Pak satpampun segera membuka
pagarnya. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, dengan cepat aku juga ikutan masuk
bersama cowok itu.
Pak Satpam : “Eh eneng kok ikutan masuk sih !”
Aku : (hanya bisa
tersenyum lega)
Kami berdua lalu berjalan
menuju lapangan, aku mengikutinya dari belakang. Sebenarnya aku ingin berlari
seperti kemarin pagi, karena sudah telat sekali, tidak terbayang betapa
murkanya nanti kakak-kakak mentorku.Tapi aku malu, entah mengapa aku malu dan
rasanya begitu nyaman berada di dekat cowok ini. Tanpa aku duga cowok ini
kemudian berbalik dan menegurku. Dengan gugup akupun manjawabnya.
Kak Rendy : “Nama kamu siapa ?” (menoleh ke arahku)
Aku : “Oh aku ?
Nama aku Rini” (menoleh ke arahnya)
Kak Rendy : “Oh Rini, kalau boleh tahu, kamu dari
gugus apa ?”
Aku : “Aku dari
gugus Brasil ”
Kak Rendy : “Gugus Brasil ? berarti kamu adik
gugusku dong”
Aku : “E iya”
(sambil tersenyum gugup)
Ditegur dan berbicara dengan
kakak ini, rasanya sekelilingku berubah menjadi taman bunga, begitu juga dengan
hatiku, berbunga-bunga rasanya. Namun suasana yang nyaman ini, dengan sekejap
berubah menjadi mencekam. Dua singa jantan mengepung kami.
Kakak Mentor : “Eh Ren lo lama banget sih datengnya !”
Kak Rendy : “Sorry bro, biasa”
Kakak Mentor : “Eh lo dari gugus Brasilkan ?” (sambil
menunjukku)
Aku : “Iya kak ,
maaf aku telat”
Kakak Mentor : “Lo kemarin juga telatkan? Sekarang lo kita
hukum jalan jongkok dari sini ke lapangan, sambil teriak Gue Cewek Paling Lelet
Sedunia, ngerti !” (sambil tersenyum sinis)
Aku : “Apa ! dihukum
gitu kak ?” (dengan muka kaget)
Kak Rendy : “Udah udah, apaan sih kalian berdua.
Dia ini telat karena nolongin gue tadi”
Kakak Mentor : “Halah Ren, elo kalau urusan cewek cantik aja
kayak gini. Biasanya elokan juga galak banget ama adek gugus”
Kak Rendy : “Eh apaan sih loh, emang bener kok tadi
dia ngebantuin gue. Benerkan dek ?” (sambil melirikku)
Aku : “Eh, iya
bener kak” (bingung)
Kakak Mentor : “Kalau gitu lo enggak jadi dihukum tapi, lo
harus negipijit kita berdua , gimana ?”
Aku : “Kok gitu
sih kak, enggak mau ah”
Kak Rendy : “Kalian nih gimana sih mengambil
kesempatan dalam kesempitan. Udah Rin kamu ikut aku aja !” (sambil menarik
tanganku)
Kakak Mento : “Padahal dia sendiri yang mengambil
kesempatan dalam kesempitan hehe, dasar Rendy” (sambil tertawa heran)
....................................................................................................................................................
Sesampainya di lapangan Kak
Rendy langsung melepas pegangannya. Mungkin karena menjadi pusat perhatian bagi
beberapa orang. Padahal aku masih ingin, dia memegang tanganku.
Aku :
“Ya ampun, andaikan aja..... Ih kok gue jadi genit gini sih !” (sambil tersenyum
malu)
...............................................................................................................
Hari kedua telah berakhir.
Rasanya hari ini berakhir dengan penuh makna. Bertemu dengan kakak itu menjadi
pemanis di hari yang kupikir, akan menjadi pahit sebelumnya. Hah, aku ingin
esok hari segera datang agar bisa bertemu lagi dengan kakak itu
...............................................................................................................
Sepertinya hari ini berjalan
dengan lancar. Aku tidak terlambat lagi seperti sebelumnya. Mungkin karena ada
motivasi untuk ke sekolah dan motivasinya adalah kakak itu.
Aku : “Yey aku
enggak terlambat lagikan pak !” (sambil
tersenyum)
Pak Satpam : “Iya-iya” (dengan cuek)
Aku : “Cuek banget
sih, enggak seneng ya” (dalam hati)
Tapi pagi ini aku tidak
melihat kakak itu, apakah dia terlambat lagi. Mungkin
....................................................................................................................................................
Seharian aku tidak melihat
kak Rendy. Tanpa melihatnya hariku seperti makan tanpa minum, kurang lengkap
rasanya. Aku ingin mencoba bertanya kepada kakak mentor yang lain. Tapi, aku
enggak berani. Lagipula rasanya pasti memalukan bertanya tentang cowok yang
enggak ada hubungan dekat apalagi langsung ke temannya. Pasti dengan sekejap
mereka akan berpendapat kalau aku menyukai kak Rendy, Walaupun faktanya memang
seperti itu.
Aku : “Duh tanya
enggak ya, mana mau pulang lagi, tapi maluuu. Ahh gue galau nih!”
....................................................................................................................................................
Sesampainya di rumah, ku rebahkan
tubuhku ini di atas kasurku yang berwarna biru muda bermotifkan teddy bear yang
empuk bagaikan kapas. Kurasakan kenyamanan mulai menyerang tubuhku. Tapi
kenyamanan ini tidak tertular ke pikiranku. Aku terus saja memikirkan kak
Rendy. Cowok yang baru pertama kali membuat hatiku seperti mau copot dan
jantungku berdegup dengan begitu cepat. Ini adalah pertama kalinya aku
merasakan jatuh cinta sama cowok, rasanya aneh tapi menyenangkan. Aku tak sabar
ingin bertemu dengannya besok. Aku harap kami semakin dekat.
....................................................................................................................................................
“Tok tok tok” Suara ketukan dari
pintu kamarku. Sepertinya pagi ini mama tidak terlalu sibuk, sehingga dia
kembali menjalani rutinitasnya seperti dulu
Mama : “Rin bangun
sayang, Sholat subuh dulu !”
Aku : “Ehmm iya
Mah”
Mama : “Cepet ya sayang
entar waktunya keburu habis loh !”
Aku : “Iya mah,
aku lagi mau ambil wudhu nih”
Setelah sholat subuh, aku
bersiap-siap ke sekolah. Tentunya kulakukan itu semua dengan santai, enggak
terburu-buru lagi. Rasanya pagi ini begitu indah dan sejuk, beda seperti pagi
biasanya. Mungkin karena hari ini adalah hari pertama aku masuk SMA dan mulai
belajar layaknya seperti siswa pada umumnya.
Setelah kurasa semua telah
siap, aku kemudian menuju ke ruang makan. Di sana telah tersedia sarapan yang
begitu melezatkan. Walaupun hanya ada mama yang menemaniku sarapan tanpa
seorang ayah, aku tetap merasa bahagia. Karena aku masih bersyukur, masih ada
mama yang senantiasa menemani kehidupanku.
Mama : “Rini sarapan
dulu ya !”
Aku : “Iya mamaku
sayang”
Mama : “Mama mau minta
maaf sama kamu, karena kemarin-kemarin mama enggak ngebangunin kamu. Maafin
mama ya sayang”
Aku : “Iya ma,
Rini ngerti kok. Mama lagi dapet proyek besarkan, makanya mama sibuk
akhir-akhir ini. Mulai sekarang mama enggak perlu ngebangunin aku lagi. Karena
hari ini dan seterusnya aku bertekad untuk bisa bangun sendiri, seperti
teman-teman Rini yang lain. Lagian Rini malu ama anaknya pak Dadang, masih
kecil udah bisa bangun pagi ngebantuin mamanya”
Mama : “Syukurlah kalau
gitu, makasih ya sayang”
Aku : “Sama-sama
ma” (sambil tersenyum manis)
....................................................................................................................................................
Pagi ini di sekolah, aku
berkenalan dengan banyak teman. Tapi hanya ada satu teman yang paling membuatku
cepat akrab dengannya. Namanya adalah Dinda. Dia sekelas denganku 10 A,
orangnya manis, sederhana, baik, juga sedikit narsis dan bawel. Walaupun baru
pertama berkenalan, karena aku beda gugus dengannya, tapi rasanya udah kenal
lama sekali.
Dinda : “Rini, aku kok
enggak pernah ngelihat kamu ya sebelumnya. Kamu gugus apa sih ?”
Aku : “Aku gugus
Brasil, itu mungkin karena aku suka telat datangnya”
Dinda : “Oh gitu, kamu
pasti orangnya males ya ?” (dengan bercanda)
Aku : “Enak aja
lo, enggak tahu gue tuh orang paling rajin sedunia !” (sedikit songong)
Dinda : “Haha gaya lo
!” (sambil tertawa)
Gugus Brasil, kata itu
mengingatkanku tentang seseorang. Kak Rendy, yaampun aku enggak ingat dia.
Mungkin aku terlalu senang karena hari ini adalah pertama kalinya aku
menggunakan seragam SMA. Seperti kemarin, aku belum juga bertemu dengannya. Apa
jabatannya sebagai anggota OSIS membuatnya sangat sibuk, sehingga dia tidak
bergentayangan di setiap lingkungan sekolah. Aku terus saja memikirkannya,
pikiranku tidak bisa terfokus terhadap hal yang lain. Dia dia dan dia saja yang
terbayang-bayang di pikiranku saat ini.
Aku : “Aduh gue
kenapa sih !”
Dinda : “Kenape loh,
seperti caleg yang enggak lolos aja, frustasi banget kelihatannya”
Aku : “Din, kamu
kenal enggak kakak mentor namanya Rendy ?”
Dinda : “Rendy, enggak
tuh. Emang kenapa ?”
Aku : “Ee enggak
apa-apa sih, gue cuma nanya doang”
Dinda : “Ciee elo suka
ya sama tuh kakak ?”
Aku : “Ih enggak
tahu”
Dinda : “Aaa bohong lu
?”
Aku : “Enggak, gue
enggak bohong kok. Guekan orangnya jujur banget enggak sombong, baik hati dan
juga cantik. Hehe !” (sambil tertawa kecil)
Dinda : “Dasar loh,
narsis !. Lebay !”
Aku : “Biarin !”
Hari ini aku tidak bertemu
dengannya lagi. Dia bagaikan orang yang tiba-tiba menghilang begitu saja. Namun
aku tetap menanti pertemuan kedua kami dan semoga besok adalah waktunya
....................................................................................................................................................
Malam ini di rumah aku
merasa sangat kesepian, soalnya mama lagi sibuk dengan proyeknya, pak Dadang
lagi nonton bola dikamarnya dan Bi Inah pembantuku, lagi tidur kali dikamarnya.
Aku adalah anak tunggal yang hanya ditemani oleh mama yang begitu baik dan
cantik bagaikan peri. Namun walaupun begitu aku tetap merasa bahagia, karena
aku yakin, sebenarnya ayah selalu ada bersamaku. Walaupun aku tidak bisa
melihatnya, namun hatiku ini bisa merasakan kehadirannya.
Aku : “Ayah, rini
kangen banget sama ayah. Ayah juga kangenkan sam rini” (sambil memeluk foto
ayah)
....................................................................................................................................................
Paginya disekolah aku
melihat kak Rendy sedang berjalan menuju ke sebuah kelas, 12 B mungkin adalah
kelasnya. Rasanya hatiku seketika mau copot karena kesenangan melihatnya. Namun
sayang dia tidak melihatku. Tapi tak apalah, karena yang penting hari ini dia telah
muncul dari persembunyiannya dan satu lagi, aku mengetahui kelasnya.
....................................................................................................................................................
“Teng !... teng !... teng
!...” tanda isttirahat telah dimulai
Dinda : “Rini temenin
gue ke WC dong, gue kebelet pipis nih !”
Aku : “Oke,
setelah itu kita ke kantin ya. Gue haus benget soalnya”
Dinda : “Iya iya”
Setelah menemani dinda ke
wc, kami kemudian menuju kantin. Tanpa ku duga, disana aku melihat kak Rendy, jantungku seketika berdegup dengan
kencang. Tubuhku otomatis menjadi kaku, dingin dan pandanganku hanya tertujuh
padanya.
Dinda : “Rin, nih
minuman lo” (sambil menyodorkan minuman)
Aku : (hanya
bengong)
Dinda : “Rini elo
kenapa sih ?, Bengong aja dari tadi. Awas loh entar kesambet !”
Aku : “Eh lo
ngomong apa ?”
Dinda : “Tuh kan
jadinya enggak fokus, nih minuman lo !”
Aku : “Oh makasih
ya”
Dinda : “Kalau gitu
kita langsung ke kelas yuk, gue mau ngerjain tugas yang tadi”
Aku : “E... lo
duluan aja ya, gue ada urusan dulu”
Dinda : “Urusan apaan
sih, kayaknya penting banget ?”
Aku : “Kepo banget
sih lo. Ada deh !”
Dinda : (hanya
cemberut)
....................................................................................................................................................
Aku kemudian mengikuti Kak
Rendy dari belakang yang jaraknya tak begitu jauh. Aku ingin sekali menyapanya,
tapi lagi lagi aku merasa malu. Biasa, cewek yang enggak pernah jatuh cinta
sebelumnya, memang kayak gitu rasanya. Tiba-tiba....
“Brukkk !!!”
Kakak kelas : “Aw ! Eh elo enggak punya mata ya !
Nabrak orang sembarangan”
Aku : “Maaf kak
maaf. Aku enggak sengaja”
Kakak kelas : “Eh apa lo bilang ? Maaf, enak aja lo.
Nih yang namanya maaf” (sambil mendorongku ke tembok)
“Bukkk !!!”
Aku :“Aduh sakit !”
(sambil memegang kepala)
Kakak Kelas : “Rasain lo ! enakan rasanya. Makanya jadi
orang jalan hati-hati. Baru kelas 1 aja udah belagu jalannya. Syukurin lo !”
(sambil meninggalkanku)
Aku : “Aduh sakit banget
kepala gue. Galak banget sih jadi cewek, padahal nabraknyakan juga enggak
terlalu keras-keras amet. Lebay banget sih. Pasti tuh orang mantan mak lampir,
makanya kayak gitu. Esshh aw sakit!” (merintih kesakitan)
Tiba-tiba Dinda datang
Dinda : “Loh Rin,lo
kenapa ?”
Aku : “Habis
diterkam binatang buas”
Dinda : “Binatang buas,
emangnya ada ya di sini ?”
Aku : “Ada, baaaanyak
banget. Udah ah enggak usah nanya-nanya lagi. Ayo kita ke kelas”
Dinda : “Ya udah, elo
sih lama banget. Gue udah nungguin dari tadi juga”
Aku : “Emang
kenapa nungguin gue ?”
Dinda : “Gue mau nanya
soal no 5, Habisnya gue enggak ngerti”
Aku : “Oh...”
....................................................................................................................................................
Di kelas aku kembali
memikirkan Kak Rendy. Aku bingung kenapa dia tidak membantuku saat kejadian
tragis tadi. Padahal dia menoleh ke arahku. Apakah dia lupa dengan aku
....................................................................................................................................................
“Teng...! teng...! teng...!”
Saatnya pulang sekolah, akupun menuju ke parkiran membawakan barang-barangnya Dinda.
Tidak disangka, aku kembali melihat kak Rendy. bukan hanya melihat, namun juga bertemu. Tepat dihadapanku.
Aku : “Kak Rendy
(dalam hati) E hai kak ?” (dengan gugup)
Namun responnya tak seperti
yang aku duga selama ini. Dia sama sekali tak memberikan respon apa-apa,
tersenyumpun tidak. Dia sangat dingin. Dia bahkan langsung berlalu begitu saja
di sampingku. Aku tambah bingung kenapa dia seperti itu, sangat beda dengan
sikapnya saat pertama kali kita bertemu. Apakah memang itu sikapnya yang asli
atau dia memang lupa dengan aku. Bingung, kecewa, sedih dan sedikit malu.
Itulah yang aku rasakan saat itu.
Aku : “Kok dia
gitu sih ?” (bingung)
Kemudian dinda datang
Dinda : “Rini, lama
banget sih. Sini, mendingan barangnya gue yang bawa aja ke motor gue. Tapi
makasih ya udah mau nolongin”
Aku : “Iya”
(dengan sedikit sedih)
....................................................................................................................................................
Semenjak kejadian itu, aku
mencoba untuk tidak memikirkannya lagi. Aku berfikir kalau dia telah lupa
dengan aku. Tapi perasaan ini, sangat sulit untuk dibohongi. Walaupun aku telah
mencoba untuk tidak menyukainya lagi, namun hatiku tetap merasakan perasaan
aneh itu.
Berhari-hari,
berminggu-minggu aku mencoba tidak mencarinya di sekolah dan tidak berharap
bisa bertemu dengannya seperti dulu. Hal itu aku lakukan agar perasaan aneh ini
bisa hilang. Dan sepertinya hal ini cukup berhasil, aku tak separah yang dulu.
Sekarang aku lebih fokus terhadap pelajaran sekolah dan juga teman-temanku.
....................................................................................................................................................
Hingga akhirnya perasaan itu
datang kembali. Disaat aku bertemu dengannya. Dengan tiba-tiba, dia menyatakan
perasaannya kepadaku dan memintaku untuk menjadi kekasihnya. Tepat di sebuah
taman kecil di sekolah yang jarang disinggahi siswa. Aku sangat kaget,
deg-degan dan sekaligus bingung karena tidak tahu mau jawab apa. Aku ingin
melupakannya,namun di lain sisi aku juga masih menyukainya. Cinta pertamaku
membuatku bingung
Kak Rendy : “Sebenarnya selama ini aku sangat
menyukai kamu, namun aku enggak berani ngomong. Sejak pertama kali melihatmu di
depan pagar sekolah, sambil memohon ke pak satpam agar bisa masuk. Entah kenapa
hati aku terasa berbeda dan jantungku dengan cepat berdegup. Sejak saat itu,
aku sadar kalau aku telah jatuh cinta sama kamu. Dan sejak saat itu juga, aku hanya
bisa memandangimu dari kejauhan. Aku enggak tahu harus berbuat apa, karena
terlalu menyukaimu. Maaf kalau sikapku saat di parkiran membuatmu bingung. Aku
terlalu gugup hingga tak bisa memberi respon apa-apa. Rin, Aku enggak mau lagi
memandangimu hanya dari kejauhan. Kalau gitu... mau gak kamu jadi kekasih kakak
?”
Aku : (Memberi
isyarat iya dengan tersenyum)
Akhirnya dengan mengikuti
kata hati, aku menerimanya. Hari Jumat 28 Maret 2014 waktunya, dengan taman
kecil sebagai saksinya, perasaan kamipun bersatu.
....................................................................................................................................................
Aku : “Selamat
pagi mamaku cantik ! Selamat pagi Bi Inah ! Selamat pagi Pak Dadang !”
Bibi dan Pak D : “Selamat pagi Non !”
Mama : “Selamat pagi
juga sayang. Kamu kenapa sih senang banget deh kayaknya pagi ini ?”
Bi Inah :
“Iya non, beda dari biasanya”
Aku : “Masa sih ?
kayaknya aku biasa aja deh ma”
Mama : “Mama pikir ada
sesuatu yang spesial hari ini. Kalau gitu sarapan dulu ya sayang ?”
Aku : “E ma , aku
sarapan di sekolah aja ya. Soalnya aku lagi buru-buru”
Mama : “Loh kok gitu
sih, padahal bi Inah ama mama udah siapin sarapan spesial untuk kamu” (dengan
sedikit kecewa)
Aku : “Duh maaf ya
ma, Bi ?”
Mama : “Ya sudah kalau
gitu, tapi jangan makan sembarangan ya. Entar perut kamu sakit lagi”
Aku :” Sip ma.
Kalau gitu aku berangkat dulu ya. Pak udah siapin mobilnyakan ?”
Pak Dadang : “Udah non”
Aku : “Assalamualaikum
ma, bi”
Mama : “Walaikumsalam
sayang”
Bi Inah :
“Walaikumsalam non”
....................................................................................................................................................
Sesampainya di sekolah
Dinda : “Rini !”
(sambil berlari ke arahku)
Akupun menoleh ke arahnya
Dinda : “Pagi !”
Aku : “Pagi.
Kirain ada apa, ampe teriak kayak gitu”
Dinda : “Hehehe. Eh Rin
tadi diparkiran ada yang kenalan ama gue tapi dia enggak sebutin namanya, lupa kali.
Eh terus dia nanyain elo. Cowok, cakep banget sumpah”
Aku : “Cowok cakep
(sambil berfikir). Oh kak Rendy, emang dia nanya apa tentang gue ?” (dengan
wajah senang)
Dinda : “Oh jadi itu
yang namanya kak Rendy. Orangnya cakep banget ya Rin. Dia nanya ke gue, elo satu
kelas dengan gue enggak dan nanya elo kelas berapa. Jangan-jangan kalian
pacaran ya ?”
Aku : (hanya bisa
tersenyum malu)
Dinda : “Cie benerkan !
Selamat ya Rin elo tuh beruntung banget tahu enggak dapet cowok sekece itu”
Aku : “Apaan sih
lo pake ucapin selamet segala, lebay tahu. Biasa aja. Nikah baru ucapin selamet”
Dinda : “Yee malah
enggak suka, aneh lo !”
“Teng...! Teng...! Teng...!”
Tanda bel masuk
Aku : “Cepetan yuk
ke kelas !”
....................................................................................................................................................
Saat istirahat, Kak Rendy
datang ke kelasku. Betapa senangnya aku. Aku tak perlu mencari-carinya lagi
seperti dulu. Sekarang ini dialah yang mendatangiku
Kak Rendy : “Siang Rin”
Aku : “Siang kak”
(tersenyum manis)
Dinda : “Sok manis lo !“(dengan
menyolot)
Aku : “Apaan sih
dinda
?”
Kak Rendy : “Hehe, ke kantin yuk”
Dinda : “Ayo kak,
kebetulan aku juga laper banget nih”
Aku : “Gue kali
yang diajak” (melihat dinda dengan heran)
Dinda : “Ih kenape ? Karena
kalian pacaran, jadi gue enggak bisa ikut ke kantin gitu ?” (seperti meledek)
Aku : “Dinda kok
gitu sih ?”
Kak Rendy : “Haha kalian ini temenan tapi kok berantem
sih” (sambil tertawa lucu)
Dinda : “Rini nih kak sensitif
banget, Kayaknya dia takut deh aku gangguin pacarannya”
Aku : “Enggak kok,
apaan sih lo !” (merasa malu)
Kak Rendy : “Haha udah-udah kita jadi ke kantin
enggak nih ?”
Aku dan Dinda : “Jadi dong !”
Kamipun pergi ke kantin. Di
sana aku seperti tuan putri, selalu dimanjakan oleh Kak Rendy. Dia yang
membelikanku minuman, makanan dan selalu memperhatinkanku tanpa memperhatikan
hal yang lain. Kami berbincang, saling memuji dan tertawa bersama. Haha
sepertinya hal itu membuat Dinda sedikit bosan, karena kami berdua seperti
tidak menganggap kehadirannya.
Dinda : “Rin, kak aku
balik ke kelas ya”
Aku dan Kakak : (hanya mengangguk)
....................................................................................................................................................
Saat pulang sekolah, Kak
Rendy menawarkanku untuk pulang bersama. Akupun mengiyakan permintaannya itu.
Sepanjang jalan kami terus
saja mengobrol untuk mengetahui lebih dalam lagi pribadi masing-masing. Kak
Rendy orangnya sangat baik, ramah, asik, enggak genit dan lebay
pokoknya
beda deh dari cowok kebanyakan. Ternyata dia sama denganku, baru pertama kali
pacaran. Aku awalnya sedikit enggak percaya, cowok sesempurna Kak Rendy enggak
pernah pacaran. Padahal, pasti banyak banget cewek cantik yang kesem-sem sama
dia. Itu berarti aku sangat beruntung karena menjadi yang pertama untuknya.
....................................................................................................................................................
Motornya yang keren seperti
orangnya, sampai di depan rumahku. Akupun melepas helm yang aku pakai dan
berterima kasih telah mengantarku pulang. Tidak disangka mama melihat hal itu.
Mamapun bertanya kepadaku
Mama : “Itu siap rin ?”
Aku : ”Eh mama,
kok jam segini udah pulang sih ma?”
Mama : “Mama ada
keperluan lain, jadi mama enggak ngantor dulu. Cowok yang nganterin kamu tadi
siapa ? Pacar kamu ya ?”
Aku : “Emm Iya ma.
Kenapa, mama marah ya ? Aku enggak boleh pacaran ya ma ?”
Mama : “Boleh kok
sayang, tapi jangan berlebihan ya, kayak temenan aja enggak boleh lebih dari
itu. Kamu negrtikan maksud mama ?”
Aku : “Iya ma aku
ngerti kok. Aku enggak mungkin ngecewain mama”
Mama : “Apa dia orangnya
baik, terus keluarganya ?”
Aku : “Baik banget
ma, dia beda dari cowok lainnya. Yang paling aku suka dari dia, dia tuh sopan, enggak
genit ma. Kalau keluarganya, Rini belum tahu”
Mama : “Kok belum tahu,
dia enggak mau ngasih tahu tentang keluarganya ya. Jangan-jangan dia dari
broken home lagi Rin ?”
Aku : “Aduh ma,
enggak boleh seuzon gitu ah ama Kak Rendy. Kita baru jadian kemarin, masa dia
langsung ngomong tentang keluarganya sih. Aku juga enggak kayak gitu kok. Udah
ya ma Rini capek, mau istirahat dulu.”
Mama : “Makan dulu ya
sayang”
Aku : “Iya ma”
....................................................................................................................................................
“Tiit... tiiiit....tiiit...”
bunyi hpku. Sepertinya ada sms masuk. Siapa ya malam-malam begini sms aku. Dan
ternyata sms itu dari Kak Rendy. Akupun segera membalasnya
Pesan dia “Nice dream J “
Balasanku “J ”
Seperti inikah rasanya
diperhatikan sama cowok. Bahagia banget rasanya. Walaupun hanya satu kalimat,
namun mampu menyuburkan taman bunga di hatiku.
....................................................................................................................................................
“Allahu Akbar Allahu Akbar
!” suara azan subuh membangunkanku dari mimpi indah.
Aku : (menguap) “udah
azan”
Setelah sholat, aku kemudian
turun ke bawah. Pagi ini aku ingin membantu Bi Inah memasak di dapur.
Sebenarnya bukan hanya untuk membantu bibi, tapi juga untuk membuatkan bekal
untuk Kakakku tersayang. Walaupun hal itu sebenarnya sedikit kekanak-kanaka dan
juga sedikit lebay, tapi kapan lagi bisa melakukan hal itu.
Aku : “Pagi Bi
inah, Aku bantuin masak ya” (sedikit mengagetkan)
Bi Inah :
“Loh kok non, malah ke dapur sih bantuin Bi Inah. Nanti non terlambat ke
sekolah loh ?”
Aku : “Enggak kok.
Lagian inikan baru jam 5 pagi bi. Mana mungkin aku terlambat”
Bi Inah :
“Tapi non, inikan tugasnya bibi. Nanti ibu marah loh non”
Aku : “Kenapa mama
marah, akukan niatnya baik mau bantuin bibi masak”
Bi Inah :
“Terserah non deh kalau gitu. Tapi jangan yang berat-berat ya non bantuinnya”
Aku : “Emang yang
berat-berat itu kayak gimana bi ?”
Bi Inah :
“Pokoknya yang bisa membuat non terluka”
Aku : “Apaan sih
bibi ini, aku tuh bukan anak kecil yang takut terluka hehe” (sambil tertawa
manis)
Beberapa lama kemudian mama
datang
Mama : “Loh Rin, kamu
kok disini. Enggak siap-siap ke sekolah ? entar terlambat loh sayang”
Aku : “Eee iya ma,
aku udah mau naik ke kamar kok”
Mama : “Ya udah cepet
sana”
Akupun segera menuju kamar
untuk bersiap-siap ke sekolah. Sebelumya aku telah menyiapkan bekal sarapan
untuk kak Rendy karena kemarin dia bilang kalau dia itu jarang banget sarapan.
Dan akhirnya mama mengetahui hal itu
Mama : “Bi, ini bekal
siapa ? Rini ?”
Bi Inah :
“Iya bu, katanya untuk seseorang yang spesial”
Mama : “Seseorang yang
spesial ? Oooh...” (sambil mengangguk mengerti)
Bi Inah :
“Memang untuk siapa ya Bu ?”
Mama : “Pacarnya,, hehe
biasa bi anak muda” (dengan tersenyum)
....................................................................................................................................................
Saat di ruang makan
Aku : “Ma aku
berangkat dulu ya, assalamualaikum”
Mama : “Rin, kamu enggak
lupa sesuatu ?”
Aku : “Oh iya
bekalnya !”
Mama : “Nih, ehem anak
mama sekarang udah gede” (sambil tersenyum meledek)
Aku : “Ih mama,
jangan gitu ah. Aku malu tahu. Mama pasti, juga pernah ngelakuin inikan untuk
ayah ?”
Tiba- tiba mama terlihat sedikit
sedih
Aku : “Ma, maaf ya
mama pasti sedih ya ingat ayah lagi”
Mama : “Enggak kok
sayang, mama enggak sedih. Mama justru senang ngelihat kamu tersipu malu kayak
gini. Tambah imut dan manis” (sambil tersenyum)
Aku : “Mama bisa
aja deh (tersipu malu), yaudah aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum”
Mama : “Waalaikumsalam,
hati-hati ya sayang”
Aku : “Iya ma
(sambil berjalan ke luar rumah)”
....................................................................................................................................................
Sesampainya di sekolah, aku
mecari kak Rendy untuk memberikan bekal yang telah kubuat untuknya. Dan saat
itu ada Dinda yang membantuku mencarinya
Aku : “Duh Din,
kak Rendy ada dimana ya ? Kalau enggak dikasih sekarang, takutnya makanan ini
keburu basi” (sedikit cemas)
Dinda : “Yaudah kasih
gue aja sini, daripada entar basi”
Aku : “Dinda !”
Dinda : “Bercanda.
Emang elo enggak tahu kelasnya ya ?”
Aku : “Tahu kok”
Dinda : “Nah loh,
kenapa enggak ke kelasnya aja sih ?”
Aku : “Oh iya, bener
juga ya Din. Kok enggak kepikiran dari tadi ya ?”
Dinda : “Karena elo
terlalu o’on”
Aku : “Seo’on
o’onnya gue, elo lebih o’on lagi”
Dinda : “Enggak ngerasa
tuh !”
Aku : “Terserah !
kalau gitu anterin gue ke kelasnya ya ?”
Dinda : “ok!”
....................................................................................................................................................
Sesampainya di depan kelas
Kak Rendy, Kami berduapun mencoba mencarinya. Namun tak ada wajah kak rendy
yang terpampang di dalam kelas itu. Akupun bertanya ke salah seorang temannya.
Ternyata orang ini adalah teman dekat kak Rendy, namanya Andy
Aku : “Permisi
kak, boleh nanya enggak ? Kak Rendynya udah datang belum ya ?”
Kak Andy : “Belum, emangnya kalian ini siapanya
ya ?”
Dinda : “Aku Dinda
temennya dan dia ini namanya Rini, Pacarnya kak Rendy”
Aku : “Ih Dinda
elo apa-apaan sih bilang kayak gitu ?”
Dinda : “Emang elo
pacarnyakan !”
Aku : “Tapikan
enggak usah ngomong kayak gitu juga. Gue malu tahu !” (sedikit berbisik)
Kak Andy : “Pacar ? Kok Rendy enggak pernah
cerita ke gue ya (dalam hati). Emang kalian udah pacaran berapa lama ?”
Dinda : “Baru 3 hari kak,
benerkan Rin ?” (sambil menyenggolku pelan)
Aku : (tersenyum
kesal k eke Dinda)
Kak Andy : “Nanti kalau di dateng, kakak kasih
tahu dia deh, kalau kamu nyariin dia”
Aku : “Ya udah
kalau gitu makasih ya kak”
Kak Andy : “Iya sama-sama”
Dinda : “Eh nama kakak
siapa, kita udah ngenalin nama, kok kakak enggak sih ?”
Kak Andy : “Nama Kakak Andy” (sambil tersenyum)
Dinda : “Namanya keren
kayak orangnya” (sedikit merayu)
Aku : “Apaan sih
lo Din, ganjen tahu enggak”
Kak Andy : “Hehe makasih” (sedikit malu)
Aku : “Kalau gitu
kita balik ke kelas dulu ya kak”
Kak Andy : “Iya’
Dinda : “Dah Kak Andy !”
(sambil berjalan meninggalkan kelas itu)
....................................................................................................................................................
Dinda : “Eh rin, ucapan
gue yang tadi itu bisa berlakukan ?”
Aku : “Ucapan yang
mana ?”
Dinda : “Yang itu,
kalau kak Rendynya enggak ada, bekalnya untuk gue aja” (sambil tersenyum harap)
Aku : “Huh ! dasar
lo, yaudah deh daripada entar mubazir. Tapi kalau kak Rendynya enggak ada !”
Dinda : “O.K ! Asyik
dapet makanan gratis” (sambil tersenyum lebar)
....................................................................................................................................................
Saat istirahat aku dan Kak
Andy bertemu di kantin. Dan dia memberitahukanku, kalau hari ini Kak Rendy
enggak masuk sekolah karena lagi cek up di rumah sakit
Aku : “Emang Kak
Rendy sakit apa ya kak, sampai harus cek up segala ?”
Kak Andy : “Bukan sakit sih sebenernya. Waktu
kecil, dia pernah jatuh dari lantai 2 rumahnya. Kejadian itu membuat dia
dioperasi, untuk mengganti salah satu tulang rusuknya yang patah. Dan kejadian
itu juga membuatnya sempat koma selama sebulan lebih. Makanya sekarang ini dia
harus rajin cek up ke dokter untuk mengontrol keadaan tulang rusuk palsunya
itu.”
Aku : “Oh jadi
gitu ceritanya, makasih ya kak”
Kak Andy : “Iya sama-sama Rin”
....................................................................................................................................................
Setelah tiba di Rumah, Aku
langsung ingin menelpon Kak Rendy. Tapi aku bingung mau bicara apa
Aku : “Duh ngomong
apa ya ? Bingung. Ah kalau gitu aku sms aja deh”
Pesanku “Selamat siang kak, hari ini kakak kenapa
enggak masuk ?...... Rini”
Lama sekali aku menunggu
balasannya. Mungkin Kak Rendy sedang tidak memegang hpnya.
....................................................................................................................................................
Pukul 10 malam dia akhirnya
membalas pesanku
Balasannya “Malam adikku,
Maaf ya aku balasnya lama banget J ,, Kakak hari ini
pergi cek up ke dokter. Bukannya kamu udah tahu ya dari Andy ?”
Aku : “Mati gue,
aduh malu banget. Harus jawab apa ya ? jawab gini aja deh”
Balasanku “Iya kak, tapi aku mau pastiin langsung ke
kakak “
Balasannya “Oh gitu “
Aku : “Singkat
banget pesannya !”
Balasanku “Kakak besok masukkan ?”
Balasannya “Insyaallah dek, doain aja ya. Semoga kakak
kuat J”
Aku : “Kok gitu
balasannya ?” (bingung)
Balasanku “Eh iya kak”
Aku menunggu balasannya lagi
dengan begitu lama, namun dia tidak kunjung membalas pesanku
Aku : “Kok enggak
dibales ya, apa Kak Rendy udah tidur ? hah ! aku tidur aja deh kalau gitu”
....................................................................................................................................................
paginya di sekolah, aku
bertemu dengan kak Rendy. Hari ini dia masuk sekolah, kamipun mengobrol sambil
berjalan menuju kelas masing-masing
Aku : “Berarti
doaku terkabul dong kak, hari ini kakak masuk sekolah” (sambil tersenyum manis)
Kak Rendy : “Iya, makasih ya chagi”
Aku : “Chagi ? itu
bahasa apa kak ? terus artinya apa ?”
Kak Rendy : “Kamu kepo banget sih !” (sambil
meledek)
Aku : “Itu namanya
bukan kepo, tapi ingin tahu. Lagian kak Rendy sih ngomong itu ke aku. Mana aku
tahu artinya apa, aku aja enggak pernah denger”
Kak Rendy : “Haha kakak bercanda kok, udah enggak
usah pasang wajah cemebrut gitu ah (sambil mengelus pelan rambutku). Itu bahasa
negara ibu aku, Korea. Artinya itu sayang”
Saat dia memberitahukan arti
kata itu, seketika pipiku yang sedikit cabi berubah menjadi kemerah-merahan.
Sepertinya taman bunga bukan hanya ada di hatiku, tapi juga ada dipipiku.
Kak Rendy : “Ciee, pipinya merah merona !”
Aku : “Ih kak
Rendy apa-apaan sih, enggak tahu. Ini karena aku.....” (sambil berfikir)
Kak Rendy : “Udah enggak usah bohong gitu. Kamu
tambah cantik kok”
Ternyata pujian Kak Rendy
membuat pipiku tambah memerah. Akupun segera masuk ke dalam kelas, karena saat
itu kami telah sampai di kelasku
Aku : “Kak Rendy
bisa aja deh. Yaudah aku masuk ke kelas dulu ya, sampai ketemu lagi “ (dengan
sedikit gugup)
Kak Rendy : “Iya” (sambil tersenyum manis)
Setelah itu,Kak Rendypun
bergegas menuju kelasnya
....................................................................................................................................................
Saat istirahat, tanpa kuduga
dia datang ke kelasku dan membawakanku bekal yang telah dibuatnya
Kak Rendy : “Hai chagi ! Aku bawain bekal untuk
kamu”
Aku : “Bekal ?
Buat aku”
Kak Rendy : “Bukan, buat Dinda”
Dinda : “Asik buat aku
ya kak ?”
Kak Rendy : “Hehe, hanya bercanda Din”
Dinda : “Yaa ! aku
kirain buat aku, padahal perutku ini udah siap menjamunya“ (dengan sedikit
kecewa)
Kak Rendy : “Kamu laper ya ? Maafin kakak ya. Gini
aja, nih uang untuk kamu beli bakso di kantin” (memberikan uang)
Dinda : “Buat aku
(mengambil uangnya), yey makasih ya kak Rendy yang tampan bagaikan pangeran !
hehehe”
Kak Rendy : “Yaudah buruan sana ke kantin, entar
baksonya keburu habis loh !”
Dinda : “Sip kak, Rin
jangan iri ya, hehe” (sedikit meledek)
Dindapun segera menuju
kantin
Aku : “Untuk
akukan ?” (mengambil bekalnya)
Kak Rendy : “Ya iyalah Dongsaengku sayang !”
Aku : “Apaan
lagituh artinya ?”
Kak Rendy : “Udah enggak penting, nanti kamu tahu
sendiri kok”
Aku : “Yaudah, aku
makan ya bekalnya”
Kak Rendy : “Eh Rin, bentar ! makannya jangan di
sini ya”
Aku : “Terus
dimana kak”
Kak Rendy : “Ayo ikut kakak” (sambil menarik
tanganku)
Ternyata Kak Rendy membawaku
ke saksi atas jadiannya kami. Taman kecil itu
Aku : “Di sini ?
Emangnya enggak ada tempat yang lain ya kak. Disinikan sepi terus pemandangannya
enggak indah-indah amet” (sedikit bingung)
Kak Rendy : “Aku ingin menghabiskan waktuku hanya
berdua dengan kamu. Dan, karena teman ini enggak indah, makanya kakak membawa
kamu kesini untuk membuat taman ini terlihat indah dengan wajah dan senyuman
kamu” (menatapku)
Seketika pipiku berubah lagi
menjadi merah merona karena malu dipuji oleh Kak Rendy
Aku : “Ih kakak
ini paling jago deh kalau buat aku jadi malu” (sambil menundukkan kepala)
Melihat aku sedikit
bertingkah lucu dan manis, kak Rendy hanya mengelus pelan rambutku samabil
tertawa pelan
Aku : “Ini yang
buat kakak sendiri” (sambil mencicipi makanannya) ?
Kak Rendy : “Menurut kamu ?”
Aku : “Eemm,,
Bukan ! mana ada cowok bisa masak dengan seenak ini”
Kak Rendy : “Ada kali,, Makasih ya udah muji
masakan kakak”
Aku : “Jadi ini
kakak yang buat ?”
Kak Rendy : “Yaampun Rin, ya iyalah. Dasar kamu
ini” (sambil mengelus rambutku)
Istirahat kali ini, kami
habiskan hanya berdua di taman itu. Sekolah, eh bukan, maksudnya adalah, dunia
hanya milik berdua...
....................................................................................................................................................Dengan
berjalannya waktu, kami berdua semakin dekat. Walaupun kami kadang jarang
bertemu, karena Kak Rendy enggak masuk sekolah dan juga kesibukannya menjelang
ujian nasional. Namun semua itu terbalaskan dengan perlakuannya yang manis,
baik, romantis dan sopan kepadaku. Dia bagaikan seorang kakak, pacar dan juga
ayah pengganti buatku. Akupun telah mengenal keluarganya, walaupun tidak
sedetail mungkin, begitu juga dia. Mama sangat menyukainya, karena dia cowok
yang sangat baik dan sopan. Tanpa terasa hubungan kami ini telah berjalan
hampir setahun. Tepat pada tanggal 28 Maret 2015 nanti, usia pacaran kami genap
menjadi satu tahun.
....................................................................................................................................................
Hari
ini, tanggal 20 maret 2015, aku akan mengikuti lomba menyanyi di sebuah mall di
Jakarta Selatan. Aku menjadi finalis di lomba itu. Namun sayang dihari
menegangkan itu, mama dan Dinda tidak bisa hadir mensuportku, karena keduanya
ada urusan yang penting dan mendadak. Tapi aku tidak terlalu sedih, karena
masih ada Kak Rendy yang datang.
Kak Rendy : “Pokoknya apapun hasilnya, kamu tetap
yang terbaik buat aku. Semangat ya Dongsaengku !”
Aku : “Sip kak,
makasih ya. Aku deg-degan banget deh”
Kak Rendy : “Udah kamu santai aja. Kalau kamu masih
gugup, jangan lihat orang lain. Kamu cukup hanya melihat kakak. O,k “ (sambil
mengelus pelan rambutku)
Aku : “Iya”
(sambil mengangguk pelan)
....................................................................................................................................................
Lomba telah dimulai, dan
sekarang adalah giliranku untuk tampil. Ada bayak penonton yang hadir di lomba
itu, hal itupun sangat membuatku deg-degan. Namun, aku mengingat apa yang telah
dibilang Kak rendy. Akhirnya selama bernyanyi, aku terus saja melihat Kak
Rendy. Namun, tiba-tiba Kak Rendy pergi begitu saja. Akupun bingung, apalagi
sebelum itu, wajahnya terlihat sedikit pucat.
Aku : “Kak Rendy
kenapa ya ?” (dalam hati)
....................................................................................................................................................
Lomba telah berakhir, aku
meraih juara pertama. Namun entah mengapa saat itu aku tidak begitu senang, mungkin karena tak ada Kak
rendy yang melihatku mendapatkan juara ini. Aku terus saja memikirkannya sambil
berjalan mencari keberadaan kak Rendy di sekitaran dekat mall. Tiba-tiba
sepasang preman jalanan datang menggangguku
Preman 1 : “Hai sayang, mau kemana sendirian ?”
Preman 2 : “Iya, kok cewek cantik jalannya
sendirian sih ? Mending abang nemenin biar enggak kesepian, yok kita pergi ke
tempat abang”
Aku : “Apaan sih
kalian ! Jangan macam-macam ya, entar aku teriak ! Udah tua juga nyadar diri
dong, bukannya tobat malah nambah dosa” (dengan sedikit takut)
Preman 1 : “Teriak aja sayang, enggak ada
siapa-siapa di sini. Cuma ada aku, dia dan kamu !”
Preman 1&2 : “Hahahahahah !”
Preman 2 : “Ayok” (sambil menarikku)
Aku : “Ih lepasin
aku ! Tolong ! Ih lepasin om, sakit tahu” (mencoba melepaskan pegangan preman
2)
Aku sangat takut saat itu.
Aku berharap siapa saja menolongku. Tiba-tiba Kak Rendy datang, dia memukul
para preman itu. Padahal, jika dibandingkan secara fisik, jelas Kak Rendy kalah
otot apalagi dia hanya sendiri. Tapi dia berhasil mengalahkan kedua preman itu.
Namun, karena kejadian itu, hidung dan tangannya berdarah. Aku mencoba untuk
membersihkan darah itu dari tangan dan hidungnya. Tapi yang terjadi adalah, dia
malah menolak dan membentakku
Aku : “Yaampun
kak, tangan dan hidung kakak berdarah” (sambil mencoba membersihkan darahnya
dengan sapu tangan)
Kak Rendy : “Jangan pegang-pegang (membentak) !
Enggak usah bantu aku (dengan sedikit nafas terengah-engah). Kamu enggak usah nolongin
kakak. Aku bisa sendiri. Lebih baik sekarang kamu pulang (sambil memberikan
uang taksi). Kamu naik taksi saja. Aku ada urusan” (dengan dingin)
Kemudian Kak Rendy pergi
meninggalkanku. Aku hanya bisa diam dengan wajah yang terlihat kaget, bingung
dan juga sedih. Aku tak tahu kenapa tiba-tiba dia bersikap kasar padaku,
padahal sebelumnya sikapnya selalu lembut. Namun kali ini sangat jauh berbeda.
Tanpa dia sadari, dia hampir mendorongku ke selokan.
....................................................................................................................................................
Sampai di rumah, mama
memberikan selamat kepadaku. Dia telah tahu kalau aku mendapat juara pertama di
lomba menyanyi itu dari Dinda. Karena sebelumnya Dinda sms aku, dan menanyai
hasilnya.
Mama : “Selamat ya
sayang ! anak mama memang hebat” (sambil memelukku)
Aku : “Iya ma”
(dengan wajah sedih)
Mama : “Kamu enggak
nanya, mama tahu dari siapa”
Aku : “Mama tahu
dari siapa ?”
Mama : “Loh anak mama
kenapa, kok kalihatan sedih sih, padahalkan dapat juara pertama ?”
Aku : “Enggak
apa-apa kok ma, Rini Cuma kecapean. Kalau gitu Rini ke kamar dulu ya ma” (sambil
berjalan ke atas)
Mama : “Anak itu kenapa
ya ?” (dalam hati)
....................................................................................................................................................
Sesampainya di kamar, air
mataku yang sudah dari aku tahan, akhirya jatuh juga. Kejadian itu, aku
ceritakan kepada Alm. Ayahku
Aku : “Ayah, tahu
enggak kenapa Rini nangis ? Hari ini Rini dapat kejutan. Tapi kejutannya buat
Rini sedih dan bingung yah. Kak Rendy tiba-tiba ngebentak aku dan hampir
nyelakain aku. Tapi Rini enggak ngebenci kak Rendy kok, rini nangis justru
karena Rini ngerasa, udah buat Kak rendy terluka gitu dan Rini ngerasa enggak
pantas jadi chaginya, karena enggak tahu penyebab sikap kak Rendy tiba-tiba
berubah kayak gitu yah. Ayah...”
....................................................................................................................................................
Besoknya di sekolah, aku
mencari Kak Rendy, Dindapun juga membantuku. Namun aku tak menemukannya sama
sekali. Apakah dia izin lagi. Akhirnya akupun bertanya kepada Kak Andy. Namun
Kak Andy juga tidak tahu, hari ini tidak ada surat izin dari Kak Rendy. Kak
Andypun telah sms Kak Rendy, tapi tak ada balasannya sama sekali.
....................................................................................................................................................
Pagi, siang dan malam aku
menncoba menelfon dan mengirimkan pesan ke Kak Rendy, namun tak diangkat dan
tak dibalas sama sekali.
Pesanku “ Kakak marah ya karena kejadian waktu itu.
Maaf ya kak, dongsaengmu ini telah membuatmu terluka. Aku kangen banget sama
kakak. Besok kakak masukkan ? Aku tunggu kakak di taman ya. Saranghae Nae Oppa J “
....................................................................................................................................................
Di taman kecil itu, aku
menunggu kehadirannya. Walaupun tadi pagi aku tetap tak merasakan dan melihat
kehadirannya di sekolah.
Aku : “Kak Rendy....”
(sambil melamun)
Tiba-tiba Dinda datang
mengagetkanku
Dinda : “Doooor ! kamu
melamun aja Rin. Hati-hati loh disini sepi, entar kamu kesambet”
Aku : (Tak memberi
respon apa-apa)
Dinda : “Rin, kamu
jangan gini terus dong. Harus semangat ! O,k . Aku yakin Kak Rendy itu enggak
marah kok sama kamu”
Aku : “Iya Din
makasih ya”
....................................................................................................................................................
Sudah
lima hari Kak Rendy tidak masuk sekolah, setelah kejadian di mall waktu itu.
Kehidupannya tiba-tiba mati. Dia bagaikan menghilang ditelan bumi. Aku, Dinda
Dan kak Andy sudah berkali-kali ke rumahnya, namun tak ada seorangpun di sana.
Mencoba menelfon dan mengirmkan pesan dari hari ke hari, tak lupa juga aku
lakukan. Tapi hasilnya nihil. Semua itu membuatku tambah bingung, bukan hanya
aku saja yang bingung, Kak Andy juga merasakanya. Sebagai sahabat, Kak Rendy
selalu berbagi cerita dan keadaannya pada Kak Andy. Namun kali ini tidak
....................................................................................................................................................
Besoknya di sekolah, aku
dikejutkan dengan kehadiran Kak Rendy. Hari ini dia masuk sekolah, tanpa memberitahukan
siapapun. Kak andypun juga dibuat kaget olehnya. Tanpa menyia-nyiakan waktu,
sebelum dia menghilang lagi, aku kemudian bertanya tentang apa yang terjadi
padanya selama ini. Aku juga meminta maaf atas kejadian waktu itu. Semua itu
aku tanyakan di taman kecil yang biasa kami datangi berdua.
Aku : “Kak Rendy,
apa yang terjadi sama kakak ? Kenapa kakak enggak pernah ngangkat dan membalas
pesan aku ? Kenapa kakak tiba-tiba menghilang begitu aja ? Kakak Marah ya sama
Rini ? Aku minta maaf atas kejadian waktu itu, aku nyesel udah buat kakak
terluka. Aku akan menjaga diri lebih baik lagi. Supaya kakak enggak perlu
terluka kayak waktu itu.”
Aku akhirnya menangis di
hadapannya
Semua aku tanyakan
kepadanya, Namun dia tidak memberikan respon apa-apa. Dia hanya memandangiku
dengan penuh kasih sayang dan tanda tanya. Ketika dia melihatku menangis,
segera dia memelukku sambil mengelus lembut rambutku. Dan dia berkata maaf
padaku.
Setelah itu, dia mengajakku
ke suatu tempat.
Kak Rendy : “Rin, kamu ikut kakak ya”
Aku : “Tapi, nanti
kitakan dibilang bolos kak. Emangnya kemana sih kak ?”
Kak Rendy : “Ke suatu tempat yang indah. Menikmati
rasa bahagia, menghabiskan waktuku bersama dongsaengku. Ke tempat yang
menjadi.....”
Tiba-tiba dia kembali
memelukku dengan erat seperti tak ingin melepaskanku. Aku tak begitu mengerti
dengan apa yang Kak Rendy maksud begitu juga dengan pelukannya.
....................................................................................................................................................
Kamipun pergi ke tempat yang
kak Rendy maksud. Selama perjalanan, dia terus saja memegangi tanganku tanpa
mengucapkan sepatah kalimat apapun. Hal itu membuatku sedikit merasa khawatir,
Karena dia sedang mengandarai motornya. Apalagi, ini adalah pertama kalinya dia
tidak mengajakku ngobrol saat berkendara.
....................................................................................................................................................
Saat sampai di tempat itu,
dia kemudian menutup mataku dengan tanganya dan membimbingku berjalan ke suatu
tempat di situ. Setelah sampai, dia lalu melepas tangannya dan memintaku untuk
membuka mata. Betapa terkejutnya aku, saat ku lihat di sebuah pohon yang begitu
sejuk dan lumayan besar, ada bermacam-macam kertas kecil berwarna-warni
bertuliskan kata-kata romantis bergelantungan. Sedangkan di bagian batangnya
terpajang foto-foto kami berdua. Ha itu sangat romantis ditambah dengan
pemandangan taman yang begitu hijau dan indah. Banyak bunga-bunga bermekaran,
kupu-kupu beterbangan, udara yang sejuk, dan suara burung yang merdu. Apalagi
di bawah pohon itu, telah disiapkan sepasang kursi taman lengkap dengan meja
yang telah dihiasi sebelumnya. Aku merasa seperti berada di dunia mimpi. Hanya
ada aku dan kak Rendy di sini.
Aku : “Ini semua
kakak siapin buat aku ? Makanya kakak enggak masuk sekolah ?” (menoleh ke
arahnya)
Kak Rendy : (mengangguk) “Apapun bakalan Kak Rendy lakuin, agar kamu
bahagia chagi” (menatapku)
Aku : (hanya bisa
tersenyum senang)
Kamipun duduk berdua di
kursi itu, menikmati suasana alam yang begitu romantis. Serta ditemani lagu
Diantara Bintang milik Hello Band yang dinyanyikan olehnya dengan menggunakan
gitar akustik yang telah disiapkannya dari tadi.
“Maafkan
aku yang selalu manyakitimu...
Mengecewakanmu
dan meragukanmu...
Tersadar
aku memang kamu yang terbaik...
Terima
aku mencintaiku apa adanya...
Diantara
beribu bintang...
Hanya
kaulah yang paling terang...
Diantara
beribu cinta...
Pilihanku
hanya kau sayang...
Takkan
ada selain kamu...
Dalam
segala keadaanku...
Cuma
kamu dan hanya kamu...
Yang slalu ada untukku...”
Karena melihat bukti cinta dan kasih sayangnya kepadaku, akupun memeluknya.
Dia juga membalas pelukanku dengan penuh kasih sayang
Kak Rendy : “Rin, masih ada lagi kejutan yang aku
siapin buat kamu”
Aku : (Sambil
melihatnya) “Kejutan Apa ?”
....................................................................................................................................................
Diapun segera menarik
tanganku dan membawaku ke sebuah danau yang tidak begitu luas. Danau itu telah
dihiasi dengan perahu kertas berwarna-warni dan juga taburan bunga mawar yang
begitu cantik. Apalagi telah disediakan perahu kecil di danau itu.
Kak Rendy : “Kamu maukan naik perahu itu bareng kakak
?” (sambil menunjuk perahu yang dimaksud)
Aku : “Yaiyalah
kak, aku mau banget. Ini adalah salah satu impian aku selama ini. Bisa naik
perahu bareng Kak Rendy”
Kak Rendypun membimbingku
untuk naik ke perahu itu. Awalnya aku sangat takut, tapi demi sebuah impianku,
apapun pasti aku lakukan. Kamipun menikmati keindahan danau dan taman itu
berdua dengan menaiki perahu. Rasanya suasana itu sama seperti adegan yang ada
di film My Heart. Saat Farel mengajak Luna untuk menaiki perahu bersama. Persis
banget, sayangnya tak ada kura-kura yang menemani kami.
Kak Rendy : “Rin, kamu tahu enggak, hal apa yang
paling kakak syukurin selama hidup di dunia ini ?” (sambil melihat ke langit)
Aku : “Enggak,
emang apa kak ?” (menoleh ke dia)
Kak Rendy : “Aku bisa melihat senyuman orang-orang
yang aku sayangin, yaitu mamaku dan kamu” (lalu menoleh ke arahku)
Aku :
(hanya bisa tersenyum manis)
Kak Rendy : “Rin, walaupun aku enggak ada disamping
kamu. Kamu harus yakin, kalau kakak itu sebenernya ada bersama kamu dan akan
selalu sayang sama kamu, dulu, sekarang dan selamanya.” (sambil menatapku)
Aku : “Aku yakin
kok” (sambil mengangguk dan tersenyum)
Kak Rendy : (lalu mencium keningku dengan penuh
kasih sayang)
....................................................................................................................................................
Tidak terasa waktu telah menunjukan
jam 5 sore. Karena belum izin dengan mama dan
telah ada janji makan malam bareng mama di sebuah restaurant, akupun
segera meminta pulang. Walaupun sebenarnya, aku masih ingin menikmati
kebersamaan ini. Kak Rendypun mengantarku pulang ke rumah. Selama perjalan dia
lagi-lagi terus saja memegang tanganku. Karena khawatir terjatuh, akupun
memintanya untuk melepaskan pegangannya itu.
Aku : “Kak awas
loh entar kita jatuh, lepasin ya pegangannya ?”
Kak Rendy : “Enggak. Aku enggak mau lepasin
pegangan ini. Aku takut enggak bisa megang tangan kamu lagi Rin”
Aku : (hanya bisa
diam dan mempererat pelukanku karena takut jatuh)
....................................................................................................................................................
Sesampainya di rumah, akupun
segera melepas helm yang aku pakai. Entah mengapa aku seperti tak ingin
berpisah dengan kak Rendy. Aku merasa ini adalah pertemuan terakhir kami.
Kak Rendy : “Dek, kakak pulang dulu ya” (sambil
menatapku)
Aku : “Iya kak”
(tersenyum dengan sedikit sedih)
Kak Rendy : “Jaga diri baik-baik ya. Jangan
ngelawan sama mama kamu, Belajar yang bener. Peduli sama orang lain dan jangan
lupa ibadah. O,k !” (sambil mengelus lembut pipiku)
Aku : “Kakak apaan
sih, kayak kita mau pisahan aja. Kakak enggak mau mapir dulu ?”
Kak Rendy : “Enggak usah, habis ini kakak ada
urusan. Salam sama mama kamu ya Rin”
Aku : “Iya kak”
(sambil tersenyum)
Kak Rendy : “Assalamualaikum dongsaengku sayang !”
(sambil mengelus rambutku kasar)
Aku : “Ih kak
Rendy, bernatkan nih rambutku” (sedikit cemberut)
Kak Rendy : “Hehe, yaudah kakak balik ya” (sambil
memakai helmnya kembali)
Diapun mengendarai motornya
dan pergi meninggalkanku. Tiba-tiba sesuatu membasahi pipiku.
Aku : Kok aku
tiba-tiba nangis gini sih ?” (sambil melap air mata) Aneh
....................................................................................................................................................
Paginya di sekolah
Aku : “Selamat
pagi Dinda yang cantik !” (sambil memeluk Dinda dari belakang)
Dinda : “Ih apaan sih
lo meluk-meluk gue, geli tahu” (sambil melepaskan pelukanku)
Aku : “Emang
kenapa sih kitakan sahabatan” (dengan sedikit cemberut)
Dinda : “Kita entar
dikirain lesbian !” (dengan sedikit membisik)
Aku : “Hahahaha
apaan sih lo Din, berlebihan tahu enggak pikirannya” (sambil tertawa geli)
Dinda : “Yee
dibilangin. Yaudah ah kita masuk aja ke kelas. Gue belum kerja pr nih !”
Aku : “Dasar lo
kebiasaan ! Udah entar lihat punya gue aja”
Dinda : “Makasih Rini
yang baik dan tidak sombong. Emang itu maksud gue ! hehe” (tercengir)
Aku : “Lebay loh !”
....................................................................................................................................................
Istirahatnya, aku ke
kelasnya Kak Rendy. Namun lagi-lagi dia tidak masuk dan begitu juga kak Andy.
Akupun mencoba menelpon Kak Rendy di taman kecil yang sering kami singgahi
Aku : “Halo ! Kak Rendy ?”
Kak Rendy : “Halo
Rin”
Aku : “Kak Rendy kok enggak masuk lagi sih ?
Kenapa, kakak sakit atau lagi cek up ?”
Kak Rendy : “Enggak
dua-duanya Rin. Kakak lagi pergi ke luar kota”
Aku : “Apa ? keluar kota ! Ngapain ? Kok kakak
enggak ngabarin aku sih ?”
Kak Rendy : “Iya
Rin,Kak Rendy ada urusan keluarga di Bandung. Kakak minta maaf ya. Kamu pasti
khawatir ya ?”
Aku : “Yaiyalah kak. Besok kakak enggak masuk lagi
?”
Kak Rendy : “Enggak
Rin”
Aku : “Kak, aku kangen ama kakak. Aku pengen
ketemu kakak”
Kak Rendy : “Besok.
Di tempat orang-orang menuju dunia baru, kita pasti bertemu walau tak saling
memandangi”
Aku : “Hah apa ? Maksudnya apa kak ?”
Kak Rendy : “Oh
enggak. Enggak usah ditanggepin”
“Teng...! teng...! teng...!”
suara bel sekolah menandakan istirahat telah selesai
Aku : “Emm kak udahan dulu ya. Udah masuk soalnya.
Dah Kak Rendy”
Kak Rendy : “Dah
juga chagi !”
Diapun mematikan teleponnya.
Setelah itu aku segera berlari ke kelas
....................................................................................................................................................
Saat di kelas, ternyata kak
Rendy mengirimkan pesan kepadaku
Pesannya “SARANGHAE DONGSAENG”
Aku hanya bisa tersenyum senang
membaca isi pesannya. Aku ingin membalas pesan itu, namun sayang pulsaku tak
mencukupi.
....................................................................................................................................................
Besoknya di sekolah,
beberapa anggota osis memasuki ruang kelasku yang kebetulan sedang kosong
karena guru mata pelajarannya sedang izin
Anggota Osis : “Selamat siang semuanya ! Maaf kami
mengganggu proses kegiatan belajar kalian. Maksud kedatangan kami ke sini
adalah untuk meminta sumbangan sukarela adik-adik sekalian, atas meninggalnya
siswa sekolah ini yang juga merupakan kakak kelas kalian sekaligus teman Osis kami,
yang bernama Rendy Choi atau yang lebih dikenal dengan nama Rendy di
kediamannya pagi ini. Untuk itu kami harap, kalian memberikan sumbangan ini
dengan penuh keikhlasan”
Kak Rendy, ternyata dialah
yang telah meninggal. Bendungan air matakupun hancur, seketika air mataku
tumpah dengan begitu derasnya. Lalu aku menangis terseduh-seduh. Tanpa
menghiraukan keadaan dan orang-orang di kelas, segera aku berlari menuju luar sekolah
Dinda : “Rin ! Rini
kamu mau kemana ? Rini !” (sambil
mengejarku)
Akupun segera mencari taksi
untuk pergi ke rumah Kak Rendy untuk memastikan hal itu. Dinda :
Rin (sambil memelukku dengan cepat)
Aku : (sambil
menangis sejadi-jadinya dipelukan Dinda) “Ini pasti enggak bener ! Gue yakin
ini semua salah ! Kak Rendy enggak mungkin meninggal !”
Dinda : (sambil
menangis) “Udah Rin udah, elo harus bisa nerima ini semua”
Aku : “Enggak !
Elo salah, ini semua tuh enggak bener Din (sambil melepas pelukan Dinda) Kak
Rendy sayang sama gue, dia enggak mungkin ninggalin gue begitu aja. Gue harus
pastiin itu sendiri” (sambil menangis)
Akupun segera memberhentikan
taksi dan segera menaikinya untuk pergi ke rumah Kak Rendy. Dinda hanya bisa
diam dan menangis melihatku.
....................................................................................................................................................
Sesampainya di kediaman Kak
Rendy, aku lalu berlari menuju dalam rumahnya. Namun tak ada seorangpun disana,
hanya ada bendera kuning yang terpasang di pagar rumahnya. Melihat hal itu, aku
tambah menangis dengan begitu sedihnya
Aku : “Kak Rendy !”
(sambil menangis histeris)
Tiba-tiba seorang satpam
rumahnya menghampiriku
Pak Satpam : “Dek ? Adek ini pacarnya den Rendykan”
(dengan menangis melihatku)
Aku : “Kak Rendy
dimana pak ? Dimana ?” (sambil menggoyang-goyangkan tubuh pak satpam)
Pak Satpam : (sambil menangis) “Den Rendy, Den Rendy sudah
dibawa ke TPU”
Tanpa basa-basi lagi, aku
segera menuju ke Tempat pemakaman itu menggunakan taksi yang tadi.
....................................................................................................................................................
Setibanya disana, aku segera
berlari ke makam Kak Rendy. Disana sudah tak ada seorangpun. Tanah makamnya
masih basah dan merah kecoklatan, bunga mawar masih bertaburan di atas
makamnya. Aku tak percaya semua ini. Kulihat nisannya, bertuliskan namanya
membuatku menangis dengan begitu histerisnya. Aku sangat sedih, aku tak sangka
dia benar-benar menghilang dari dunia ini. Tidak akan kembali lagi, seperti
dahulu. Pergi meninggalkanku untuk selamanya. Tak ada lagi yang akan
memanggilku dongsaeng dan chagi. Rasanya aku ingin pingsan karena terlalu larut
dalam kesedihan ini.
Aku : “Kak Rendy !
jangan ninggalin aku ! Rini sayang sama kakak, aku enggak mau lagi kehilangan
orang yang aku sayang !” (sambil menangis histeris)
Tiba-tiba Kak Andy datang
Kak Andy : “Rin ?” (memegang pundakku)
Aku : (menoleh) “Kak
Andy ? Kenapa kakak enggak pernah ngasih tahu aku ? kenapa kak ?” (sambil
menangis)
Kak Andy : “Maafin kakak Rin. Sumpah kak Andy
enggak tahu, kalau dari kecil Rendy mengidap penyakit HIV sama kanker otak. Selama ini, dia suka izin
bukan karena lagi cek up. Tapi karena kondisi fisiknya yang kadang melemah.
Kakak enggak tahu kalau selama ini Rendy udah nyembunyiin semua penyakitnya
itu. Semua itu, baru kakak tahu kemarin Rin. Makanya kemarin kakak enggak masuk
sekolah, karena ingin menghabiskan detik demi detik waktu bersama Rendy sahabat
kakak” (sambil menangis)
Aku : “Makanya
waktu itu kak Rendy ngelarang aku ngobatin lukanya dan ngebentak aku. Dia
enggak mau aku tertular ama penyakitnya itu (Tambah menangis mendengar pernyataan
itu). Kak Rendy ! Lalu kenapa kakak enggak langsung cerita ke aku tentang semua
ini ?” (sambil menangis)
Kak Andy : “Maafin kakak Rin. Sebenernya kakak
mau ngasih tahu kamu, tapi Rendy ngelarang aku untuk cerita ini semua sama
kamu. Dia enggak mau buat kamu sedih dengan penyakitnya itu. Dia enggak kuat
lihat kamu nangis”
Aku : “Kakak
jangan ninggalin aku” (sambil menangis memeluk nisan kak Rendy)
Kak Andy : “Rin (sambil memberikan surat). Itu surat
dari Rendy. Surat itu udah lama dia tulis. Dia ingin kamu ngebaca surat itu
setelah dia meninggal.”
Karena melihatku terlalu
larut dalam kesedihan, kak Andypun pergi meninggalkanku. Dia pasti mengerti,
kalau sekarang ini aku sedang ingin sendiri.
Akupun segera membuka dan
membaca isi surat itu
Isi Pesannya “ Saat bertemu dengan dia, jelas
terasa hatiku begitu berdebar. Kulihatnya memohon, saat itu aku yakin kalau
dialah pujaan hatiku selama ini. Namanya Rini, orangnya cantik, manis, baik,
lucu dan juga sederhana. Dia telah membuatku merasakan sesuatu yang tak pernah
aku rasakan selama ini, Jatuh cinta.
Aku ingin sekali selalu bersamanya. Namun setelah dokter memvonisku tidak akan
hidup untuk waktu yang lama, karena penyakit yang aku derita. Sejak saat itu,
aku takut mendekatinya karena tak ingin membuatnya juga jatuh cinta padaku. Aku
hanya bisa memandanginya dari kejauhan. Tapi rasa cinta dan sayang ini tak bisa
aku bendung lagi. Akhirnya akupun menyatakan perasaanku padanya. Kamipun
berpacaran saat itu. Aku tetap menyembunyikan kondisiku yang sebenarnya dari
dia. Aku tidak ingin kondisiku ini membuatnya sedih dan kasihan kepadaku. Aku
selalu ingin melihatnya tersenyum, tertawa dan bahagia dengan kehidupannya.
Walaupun kami kadang jarang bertemu, namun aku merasa selalu bersama dia dan
menyayanginya. Hidupku yang dulunya hanya hitam putih, sekarang menjadi
berwarna-warni karena kehadirannya di hidupku yang tak akan lama lagi. Di saat
hari-hari terkhirku, aku ingin bersamanya dan membuatnya tersenyum. Tuhan
bantulah aku untuk mewujudkan itu semua.”
Membaca surat yang merupakan
isi hatinya selama ini, aku hanya bisa menangis dengan begitu sedihnya. Apalagi
sekarang adalah tanggal 28 Maret, tanggal
jadian kami. Aku tak sanggup membaca surat itu lagi.
Aku : (hanya
menangis dengan begitu lama)
....................................................................................................................................................
Tidak disangka, aku telah
menangis dan berada di makam kak Rendy hingga malam menjelang. Hal itu membuat
mama dan juga Dinda khawatir. Dindapun mengirim pesan kepadaku. Mama dan dia
juga berkali-kali menelfonku, tapi tak aku angkat sama sekali. Pesannyapun tak
aku balas
Pesan Dinda ” Rin, pulang dong Rin... Mama dan gue
khawatir ama elo L “
Aku terus saja memandangi
nisan kak Rendy sambil menangis
....................................................................................................................................................
Karena sangat khawatir, mama
dan Dinda datang untuk menjemputku pulang, begitu juga kak Andy. Dialah yang
memberitahu mama dan Dinda kalau aku ada di makam Kak Rendy
Mama : “Sayang pulang ya
sayang” (sambil menangis dan membujukku)
Dinda : “Iya Rin, elo
enggak boleh gini terus. Kak Rendy pasti enggak mau ngelihat elo sesedih ini”
(sambil menangis)
Kak Andy : (hanya terdiam sedih melihat kami)
Karena merasa itu semua ada
betulnya, akupun akhirnya pulang ke rumah
....................................................................................................................................................
Semenjak
kejadian itu semua, berhari-hari aku hanya bisa mengurung diri di kamar.
Sekolah, teman-teman dan kehidupanku yang lain tak aku pedulikan. Aku terus
saja larut dalam kesedihan itu. Melamun, bersedih dan menangis menjadi
kegiatanku saat ini. Mama dan Dinda berkali-kali membujukku untuk ke luar
kamar, namun aku tak memperdulikannya. Bahkan sholatpun aku tinggalkan.
Hingga di suatu malam aku
bermimpi bertemu dengan kak Rendy.
Aku : “Kak Rendy !
(segera berlari memeluknya) Kak, aku kangen banget sama kakak, jangan ninggalin
aku lagi kak” (sambil menangis dipelukannya)
Kak Rendy : “Kakak juga kangen banget sama kamu
chagi. Maaf udah buat kamu nangis seperti ini. Bukannya kak Rendy pernah
bilang, walaupun kakak enggak ada di samping kamu, tapi sebenarnya kakak akan
selalu ada bersama kamu dan selalu menyayangimu. Untuk itu kakak enggak mau
lihat kamu sedih dan nangis seperti ini lagi.” (menatapku dengan penuh kasih
sayang)
Aku : “Tapi kak,
aku enggak bisa” (menatapnya juga)
Kak Rendy : “Aku yakin dongsaengku ini bisa kok.
Kalau kamu seperti ini terus, kakak pasti akan sedih banget dan enggak akan
tenang karena enggak bisa buat kamu tersenyum.” (sambil tersenyum)
Aku : (hanya bisa
tertunduk dan kembali memeluknya)
Mimpi itu, terasa
seperti nyata bagiku. Dalam keadaan tidur aku terus saja mengeluarkan air mata
dan menangis terseduh-seduh. Semenjak mimpi itu, aku mencoba kembali menjalani
kehidupanku seperti biasanya. Walaupun rasanya sangat berat dan sepi karena tak
ada lagi sosok kakak, pacar dan ayah pengganti yang menghiasi kehidupanku.
Dinda : “Door !
Ternyata elo disini Rin ! Gue nyariin dari tadi juga !” (sambil tersenyum
mengagetkan)
Aku : (ngelap air
mata)
Dinda : “Elo nangis ya
? Kenapa ? Keinget ya, ama Alm. Kak Rendy ?”
Aku : “Enggak. Gue
nangis karena terharu, masih bisa ngelihat senyuman orang-orang yang gue
sayang, termasuk elo Din” (sambil menoleh ke Dinda)
Dinda : “Rini ! elo so
sweet banget deh ! Makasih ya (sambil memelukku sebentar). Eh sekarang kita ke
kantin yuk ! Bukannya tadi gue lihat elo kelaperan ya ?”
Aku : “Iya sih,
tapi elo duluan aja ya. Masih ada yang pengen gue lakuin disini
Dinda : Ohh gitu,
yaudah gue duluan ya ! tapi elo jangan lama-lama ! O,k” (sambil tersenyum
manis)
Aku : “Iya !”
....................................................................................................................................................
Dindapun pergi. Kemudian,
aku segera membersihkan taman kecil itu, walaupun tak sebersih taman yang lain.
Taman inilah yang menjadi saksi terjadinya hubungan kami. Dan aku juga baru
sadar kalau sekarang ini adalah tanggal jadian kami, yaitu tanggal 28 Maret
2016
Aku : “Yaampun,
inikan tanggal 28 Maret, pantesan rasanya gue pengen banget singgah di sini.
Kakak pasti ngajak aku ya kesini” (sambil melihat langit dengan tersenyum)
....................................................................................................................................................
Setelah pulang sekolah, aku
pergi ke makam kak Rendy. Rasanya sudah lama aku tak mengunjunginya, karena
kesibukanku selama ini sebagai Ketua Osis dan juga aktivitasku mengikuti
barbagai macam ujian. Karena statusku yang kini telah menjadi siswi kelas 12, yang
sebentar lagi akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu
perguruan tinggi.
....................................................................................................................................................
Setibanya
disana, aku kemudian menaburkan bunga
Aku : “Kak, aku
datang. Maaf, udah lama aku enggak mengunjungi kakak. Aku sayang banget sama
kakak. Setelah ini, aku pengen membuka lembaran baru dalam kehidupan aku.
Memulainya dari awal lagi. Masuk universitas favorit di luar negeri dan mencari
cinta yang baru. Mungkin setelah ini, aku bakalan lama enggak ke sini lagi
(dengan sedikit melamun). Kakak enggak marahkan ? Walaupun begitu, aku akan
selalu sayang sama kak Rendy, kakak akan selalu ada dalam hati aku” (dengan
memegang nisannya sambil tersenyum).
....................................................................................................................................................
Besoknya di sekolah, aku,
Dinda dan teman-teman yang lain sibuk mempersiapkan diri untuk melaksanakan
perpisahan sekolah. Yah, hari ini adalah perpisahan siswa dan siswi kelas 12
sekolah kami, karena kami semua kelas 12 angkatan 2016, telah resmi lulus dari
sekolah ini. Berarti ini adalah hari terakhirku untuk singgah dan berada di
taman kecil itu. Akupun segera pergi ke taman kecil itu untuk yang terakhir
kalinya, karena setelah perpisahan ini dan tentunya setelah menerima ijazah
SMA, aku akan segera berangkat ke Amerika untuk melanjukan pendidikanku di
Harvard University. Universitas yang paling sulit dimasuki di dunia. Sedangkan
Dinda akan melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta. Aku sangat beruntung dan
bersyukur telah diterima di Universiats itu.
....................................................................................................................................................
Setibanya di taman, aku lalu
mengambil surat yang aku kantongi. Surat dari kak Rendy, surat yang merupakan
isi hatinya. Aku tak pernah membuang surat itu, aku selalu meyimpannya sebagai
kenangan dari kak Rendy yang tak akan aku lupakan . Namun aku juga tak pernah
membacanya lagi, semenjak meninggalnya dia. Karena setiap aku baca, air mataku
pasti akan terjatuh. Kini surat itu akan aku satukan dengan saksi atas hubungan
kami dulu.
Aku : “Hah !”
(menghela nafas)
Akupun segera manggali tanah
dan menguburnya di bawah pohon yang tak begitu besar, di taman itu. Sebelumya
surat itu telah aku masukan ke dalam botol kaca, agar tidak sobek dan kotor.
Ini adalah tanda atas kubukanya lembaran baru dalam kehidupanku. Mengisi
kehidupanku dengan moment dan hal yang lebih baik lagi. Namun semua kenangan
bersama kak Rendy tak akan pernah aku lupakan. Semua itu akan kukenang sebagai kenangan yang indah
selama aku hidup di dunia ini.
....................................................................................................................................................
Karena acara telah dimulai,
akupun segera meninggalkan taman itu dan menuju ke aula. Aku akan mengisi acara
itu dengan bernyanyi. Sebenarnya dalam hatiku, aku bernyanyi untuk kak Rendy.
Dinda : “Yeeey ! Rini
yang bagus ya nyanyinya. Pasti elo bakalan keren banget deh nyanyi sambil main
gitar akustik ini ! Wuihhh kapan ya gue bisa kayak gitu ?!” (Sambil menghayal)
Aku : “Suatu saat
elo pasti bisa kok, asalkan elo mau berusaha belajar. Pokonya kalau gue udah
balik dari Amrik, elo harus udah jago main gitarnya. O,k !”
Dinda : “Siplah !”
....................................................................................................................................................
Tiba saatnya aku bernyanyi.
Lagu yang aku bawakan adalah lagunya Caramel yang berjudul Tinggal Kenangan.
Lagu yang merurutku sangat cocok dengan suasana hatiku saat ini
Akupun bernyanyi...
“Pernah
ada rasa cinta...
Antara
kita kini tinggal kenangan....
Ingin
ku lupakan semua tentang dirimu....
Namun
tak lagi kan seperti dirimu oh bintangku....
Jauh
kau pergi meninggalkan diriku...
Disini
aku merindukan dirimu....
Ingin
kucoba mencari penggantimu...
Namun
tak lagi kan seperti dirimu oh kekasih...
“Aku yakin sekarang ini, kak
Rendy dan juga Ayah sedang bersama untuk melihatku bernyanyi. Walau aku tak
bisa melihat mereka, namun aku bisa merasakan kehadiran mereka diantara begitu
banyaknya orang-orang di tempat ini, di hari bahagiaku ini. Ayah, kak Rendy,
Aku sayang kalian selamanya. Apakah suatu saat nanti di akhirat, kita bisa
bertemu ?”
Pernah ada rasa cinta...
Antara kita kini tinggal
kenangan....
Inginku lupakan semua tentang
dirimu....
Namun tak lagi kan seperti dirimu
oh kekasih....
Jauh kau pergi meninggalkan
diriku...
Disini aku merindukan dirimu....
Ingin kucoba mencari penggantimu...
Namun tak lagi kan seperti dirimu
oh kekasih...
~SELESAI~
0 komentar:
Posting Komentar